Oleh: Haryati, S.Pd. (SDN 1 Purwokerto Lor, Kec. Purwokerto Timur, Kab. Banyumas, Prov. Jawa Tengah)
Pagi ini ayam jantan berkokok bersahut-sahutan menandakan mentari pagi segera muncul dari peraduan, “Udin bangun!” Ibu Santi membangunkan Udin untuk segera beranjak dari tempat tidurnya.
“Iya Bu…” Udin menjawab sambil menggeliatkan badan dan kedua tangannya mengusap mata yang terasa masih ingin terpejam. Ibu memanggil lagi dengan nada keras.
”Udiiinnn bagun!” serta merta Udin keluar kamar lalu masuk ke kamar mandi membersihkan mukanya lalu mengambil air wudhu menunaikan salat subuh bersama Ayah, Ibu dan Adiknya.
“Udin minta doa Ayah dan Ibu hari ini, Udin akan melaksanakan ulangan di sekolah semoga Udin diberi kemudahan dalam mengerjakan dan menjawab soal ulangan di sekolah,” Ujar Udin sambil mencium tangan Ayah bergantian dengan Ibu Udin memohon doa dan restu dari kedua orang tuanya.
“Iya nak, doa Ayah dan Ibu untukmu semoga kamu diberi kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan soal-soal ulangan di sekolah, jangan lupa perilaku sikap sopan santun tetap dijaga dimanapun kamu berada.” Ucap Ayah menasihati Udin dengan nada halus.
“Iya nasehat Ayah akan selalu Udin patuhi”. Jawab Udin lalu Udin beranjak mandi dan merapikan tempat tidur setelah sarapan pagi Udin berpamitan pergi kesekolah.
”Ayah, Ibu Udin pamit pergi kesekolah dulu. Udin mengayuh sepeda pergi kesekolah bersama adiknya Wati
Namanya Udin Satria Faturohman, siswa SMA Veteran Pemalang rumah tinggal dia disebuah desa terpencil letaknya di antara bukit yang menjulang di kelilingi hutan pinus. Dia sangat aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, pencak silat, sepak bola dan kegiatan lain di sekolahnya, sepulang sekolah dia rajin membantu Ayahnya yang seorang petani menggarap sawah dan menjadi seorang peternak sapi. Setelah pulang sekolah, dia sering membantu Ayahnya menggembala sapi pulang sampai sore dan sambil menunggu ternak sapinya makan rumput dia membaca buku pelajaran, saat libur tiba dan Ayahnya memanen padi Udin juga ikut memotong padi, lalu dia masukan ke mesin perontok padi dan membawa padi di karung lalu dipanggulnya sampai rumah yang jarak sawah dan rumah sekitar 1 kilometer dan pohon padi dikumpulkan dijadikan makan sapi ternaknya.
Suatu hari teman Udin, Rusli bertanya, ”Udin saya salut pada kerja keras kamu, kamu anak yang berbakti pada orang orang tua, tidak gengsi dan pantang menyerah! Sebenarnya apa motivasi kamu melakukan ini semua sementara banyak teman yang masih santai bermain gadget?”
Lalu Udin menjawab “Itulah upaya yang aku lakukan untuk bela negara ini, negara tidak perlu janji, tapi perlu bukti. Janji saja tidak bisa mengubah nasib negeri ini, jadi sebagai kalangan pelajar, kita harus bangkit. Bela negara kita dan ayo lakukan perubahan yang berarti!”
“Salut dan bangga aku sebagai temanmu Din, sikap kamu patut dicontoh. Andaikan saja para pemuda memiliki kemauan keras sepertimu maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju dari segi pertahanan dan ekonomi!” Kata-kata Rusli sembari menepuk-nepuk pundak Udin.
“Iya.” jawab Udin lalu Udin berkata, “Memang sih sekarang kita tidak bisa melakukan perang untuk membela negara kita, tetapi, cukup dengan aktif dalam kegiatan yang positif, menjaga nama baik bangsa bahkan kalau bisa kita harus mengharumkan nama bangsa kita sendiri terhadap bangsa lain”
“Siap Din” Jawab Rusli dengan suara yang lantang dan menegakkan badannya.
Dalam kegiatan sosial dilingkungan rumah Udin juga memiliki rasa peduli yang tinggi dia adalah anak yang gigih berjuang,periang, serta aktif. Dia juga ikut mendirikan organisasi karang taruna di desanya dan dia berkedudukan sebagai ketua organisasi dimana banyak kegiatan sosial yang dilakukan seperti gotong-royong memperbaiki jalan makam umum, mengalirkan air dari hutan ke rumah pendudduk melalui pipa plastik dan banyak hal lagi yang dia kerjakan.
Di desanya, Pak Saka adalah kepala desa yang baik dan sangat mengayomi masyarakat. Suatu hari meminta Udin dan temannya untuk membantu acara.
“Udin besok saya akan meminta bantuan pada teman-teman karang taruna untuk sosialisasi dan praktek budidaya jamur tiram”
”Siap pak bahan-bahan dan alat pembuatan budidaya jamur tiram seperti sekam kayu, plastik dan bibit jamur sudah kami siapkan.” Kata Pak Saka.
Fajar menyingsing pagi hari, anggota karang taruna yang dipimpin Udin menyimak dengan serius apa yang sedang diterangkan oleh pak Saka lalu mereka sIbuk mempraktekan pembuatan jamur tiram dan membagi sesuai tugasnya masing-masing. Selain pembuatan budidaya jamur tiram. Kegiatan karang taruna lainnya yaitu menanam sayuran seperti cabai, tomat, timun dan kecipir di lahan pinggir hutan dan hasil dari bercocok tanam dijual kepada warga, uangnya dikumpulkan untuk kas organisasi.
Setelah selesai menamatkan Pendidikan SMA, Udin memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah, namun Ayahnya agak keberatan melepas Udin karena selain masalah biaya untuk pendidikan, Udin sangat membantu sekali pekerjaan Ayahnya di sawah dan menggembala sapi, tetapi tiap hari Udin berpikir keras bagaimana dia mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia demi ikut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiap pagi setelah salat subuh Udin berlari kecil keliling desa,pull up, sit up dilakukannya secara rutin.
“Din…apakah kamu memang memiliki tekad yang bulat untuk melanjutkan Pendidikan?” Tanya Ayah kepada Udin.
“Iya Ayah, Udin sangat ingin meraih cita-cita Udin seperti keingian Udin dari kecil,”. Motivasi Udin menjadi tentara adalah ketika dia bangga melihat Pakdhenya yang gagah dan berwibawa menjadi seorang tentara yang dengan patriotismenya menjaga wilAyah NKRI.
Pagi hari setelah salat subuh Udin dipanggil Ayahnya.
“Udin kemari Nak!”
“Iya Ayah” Jawab Udin dengan santun.
“Setelah Ayah berpikir panjang dan sudah Ayah musyawarahkan dengan Ibu tentang permintaan Pakdhe yang menyuruh kamu datang dan ikut kerja Pakdhe di kota Surabaya. Maaf bukannya Ayah melarang kamu untuk kuliah akan tetapi carilah pengalaman dulu dirumah pakdhe Sandy, sekaligus membantu pakdhe di rumah merawat taman dan membersihkan mobil.” Tambah sang Ayah kepada Udin yang sedang dilema.
“Iya Ayah akan Udin pertimbangkan kembali saran dari Ayah.” Udin menyampaikan akan memberikan pertimbangannya.
“Ya sudah pergilah kamu kekamar untuk tidur lalu besok pagi Ayah tunggu jawaban kamu!” Ayah berkata dengan lembut.
“Iya Ayah”. Setelah di kamar, Udin merasa bimbang apakah setuju dengan saran Ayah atau akan dia tolak, jika saja saya diijinkan melanjutkan kuliah pasti saya akan bergembira akan tetapi ini kerja ikut pakdhe (Sambil mondar mandir Udin berjalan dikamarnya tangan Udin memegangi dan sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal)
“Jika saya menolak ajakan Pakdhe, nanti Ayah kecewa bagimana ya??? Ehmmmm tapi ada baiknya juga saya mencari pengalaman baru disaat saya dengan Pakdhe.” Udin bergumam.
Dihari berikutnya, Udin ditanya lagi oleh Ayahnya “Din, apakah kamu sudah memiliki jawaban pertanyaan Ayah?” tapi pesan Ayah jangan sampai kamu merasa terpaksa dengan saran Ayah! silahkan kamu pertimbangkan dengan matang dan tentunya Ayah tidak akan memaksakan kehehendak kepadamu.” Tanya Ayah Udin.
“Iya Ayah, setelah mempertimbangkan saran Ayah, Udin akan jalani dan laksanakan dengan senang hati”. Jawab Udin dengan nada yang mantap.
“Baiklah jika kamu bersedia Ayah akan menghubungi pakdhe mu untuk mengutus supirnya menjemput kamu esok hari seperti yang pakdhe mu bicarakan kemarin ditelepon.” Ayah mengatakan dengan tenang.
“Baiklah Ayah,” Lalu Udin masuk kekamar untuk mengemasi baju yang akan dibawanya.
Hari minggu pagi mobil Pakdhe sudah parkir di depan rumah, setelah mengobrol beberapa saat dengan Ayah akhirnya pak sopir bertanya kepada Udin,
“Apakah sudah siap untuk berangakat Din?”
“Iya Udin siap Pak Mamat”.
Kemudian Udin berpamitan dengan Ibu, terasa berat hatinya meninggalkan keluarga kecil apalagi Ibu dan Wati adiknya menangis seolah tidak ingin berpisah dengannya begitupun Ayah meski tak tampak air mata yang keluar tapi raut Ayah, namun wajah sedih terlihat jelas dimata beliau.
”Jaga diri baik-baik, dengarkan nasihat Pakdhemu ya Din,” Pesan Ayah kepada Udin. Udin Cuma mengagguk dan menundukkan kepala. Bagaimana tidak sedih kegiatan sehari-hari sering bersama kehangatan keluarga selalu memancar dalam keluarga Udin meskipun bukanlah kelurga yang serba kecukupan.
Di sepanjang perjalanan melewati beberapa desa dan sawah padi yang menguning, rumput yang menghijau, kerbau yang sedang digunakan untuk membajak sawah tampak indah dimataku yang biasanya saat di desa terlihat biasa saja bagiku. Setelah melewati beberapa jalan tol dan menempuh sepuluh jam perjalanan tibalah saya di rumah Pakdhe Sandy, saya disambut dengan hangat oleh Pakdhe dan Budhe.
”Ayo masuk bawa barang-barangmu di kamar dekat dapur,” Budhe memberikan instuksi kepada Udin.
“Iya terima kasih Budhe” jawab Udin singkat. Setelah istirahat Pakdhe memanggil Udin di ruang makan
“Udin kemari” Kata Pakdhe memanggil Udin
“Baik Pakdhe”, Jawab Udin sembari menghampiri Pakdhe
“Sekarang kamu tinggal di rumah Pakdhe, anggap saja ini rumah sendiri ya, nanti tugas Udin pagi-pagi menyiram tanaman dan mencuci mobil Pakdhe lalu kamu juga membantu Pak Sunu untuk merawat kebun
“Baiklah pakdhe,” Lalu Udin pamit untuk makan
“Ya sudah sekarang kamu makan dulu.” Pakdhe mempersilakan Udin makan.
Waktu bergulir terasa cepat sekarang genap 6 bulan Udin berada dirumah Pakdhe dan Udin mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh juga tetap melaksanakan olah fisik seperti Joging, sit upp, pust upp, pull up. Tiba-tiba Pakdhe memanggil Udin saat pulang dari kantor.
“Udin kemari!” Pakdhe melambaikan tangan memanggil Udin.
“Iya Pak dhe” Udin menghampiri Pakdhe.
“Udin disini ada pendaftaran calon TNI apakah kamu minat?” Seketika mata Udin membelalak tanda girang sampai mau berteriak senang tetapi ditahan.
“Iya Udin sangat berminat mendaftar Pakdhe.”
“Ya sudah kamu kumpulkan semua persyaratan untuk mendaftar lalu kamu besok naik bis untuk datang ketempat pendaftaran.” Tanpa pikir panjang Udin langsung bergegas melengkapi syarat-syarat yang dibutuhkan saat pendaftaran. Tahap demi tahap dari test tertulis sampai test fisik Udin lakukan dengan persiapan yang matang dengan sungguh-sungguh mengikuti setiap tahapan dengan baik sehingga saat pengumuman tiba Udin dinyatakan lulus dan diterima sebagai peseta Pendidikan TNI dan setelah menempuh pendidkan dan pelatihan Udin dilantik menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Sujud syukur Udin lakukan saat melihat pengumuman yang menyatakan dirinya diterima lalu memberi kabar kepada keluarganya di desa.
Tibalah saatnya Udin dilantik dengan memakai seragam lengkap serta didampingi Ayah dan Ibunya Udin tersenyum bangga karena cita-citanya dimasa kecilnya akhirnya tercapai dengan perjuangan yang gigih dan do’a restu orang tuanya, banyak sekali teman-temannya mengucapkan selamat kepada Udin. Saat Udin membacakan janji prajurit jiwanya bergetar dan dia bertekat akan mendedikasikan jiwa raganya demi Bumi Pertiwi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Udin mewujudkan cita-citanya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan setiap kemauan pasti ada jalan.