Oleh: Mardi Suwardiman, S.Pd. (SDN 1 Pliken, Kec. Kembaran, Kab. Banyumas Prov. Jawa Tengah)
Mas Mar adalah pemuda kampung yang putus sekolah, ia tidak selesai semenjak kelas 5 SD. Walaupun tidak tamat SD ia selalu berusaha belajar dari lingkungan sehingga ia tidak kalah cerdas dengan anak-anak yang mengenyam pendidikan formal. Orang tua Mas Mar adalah seorang petani yang kaya. Walaupun orang tuanya kaya namun Mas Mar tidak congkak ia tetep bergaul dengan sispa saja. Ia tidak memandang miskin, kaya, bodoh maupun pintar, dalam pikiran nya hidup ini mengabdi dan beribadah. Ia juga anak yang rajin. Ia memiliki banyak kawan siapa saja yang memusuhinya akan menjadi kawan dalam sekejap.
Suatu hari Mas Mar bertemu dengan anak baru di desanya. Ia berasal dari desa sebrang benama Marlintung. Anak baru itu terkenal anak yang nakal ia suka mencuri, merampok dan congkak. Saat Mas Mar pulang dari sungai ia berpapasan dengan anak baru itu.
“Hai kakak, dari mana?” Kata Mas Mar menyapanya.
Dengan lagak sok jagoan anak baru itu kemudian bertolak pinggang matanya yang besar diplototkan mendekat ke arah Mas Mar seakan menghalangi jalanya. Mas Mar yang sudah tau wataknya segera berjalan ke sampingnya dan berlalu Meneruskan perjalanan menuju rumahnya.
Beberapa bulan kemudian ada aksi pencurian, ternak ayam milik tetangganya. Ia beraksi lagi dengan masuk melalui pintu pagar di belakang kandang, karena di sana lebih sepi dan jauh dari keramaian. Iapun dapat masuk dengan mudah, ia berjalan mengendap endap di samping kandang utama. Ia tidak tau kalau kandang dijaga dua ekor anjing. Seketika anjing itu menggonggong dan berlari ke arahnya, iapun terkejut dan berlari melompati pagar bambu. Saat itu juga sang pemilik keluar rumah dan berteriak “pencuri ….! Pencuri ….! ” teriak pemilik ternak. Dalam sekejap para warga keluar rumah.
“Maling …..! Maling …! mana malingnya. Itu ke arah sana.” teriak para penduduk. Sementara pencuri itu sudah lari tunggang langgang meninggalkan area peternakan. Malam itu pencuri berhasil kabur dan selamat.
Keesokan paginya sepulang dari surau Mas Mar mendapat kabar di desa sebelah ada ternak sapi yang hilang. Mas Mar hanya diam dan menghela nafas panjang. “Hemmm, ini pasti ulah pencuri itu lagi” katanya dalam hati.
Selama beberapa hari desa itu sepi dari pencurian. Para penduduk desapun merasa resah dengan kejadian di desa tetangga beberapa hari ini. Sepakat para warga di kerahkan untuk berjaga tiap malam bergantian.
Beberapa hari kemudian saat pagi baru menapakan sang mentari Mas Mar yang sedang menarik tali ternaknya berpapasan dengan anak baru itu yang konon bernama Marlintung,
“Wah …! Wah …! Waah …. bagus benar kambing kamu beli dimana” Tanya anak itu.
“Wah beginilah lumayan bisa buat musim haji nanti. Kakak mau kemana?” Kata Mas Mar sopan.
“Ini habis beli makan buat sarapan.” Jawab anak baru itu.
“Makanan enak nih, buat nanti malam.” Katanya dalam hati sambil berlalu.
Hari mulai gelap, saat malam larut, sepi terasa mrncekam para penduduk dalam lelap terbuai mimpi.
Malam itu pencuri itu datang lagi kali ini pencuri menyelinap masuk di antara rerimbunan pohon pisang di area ternak kambing Mas Mar namun malang baru beberapa saat memasuki area kandang ternak pencuri itu apes ia kejatuha buah kelapa tepat di kepalanya. Pencuri itu pun mengerang kesakitan minta tolong.
“Aduuuh ….! Aaduuuh … ! Tolong ….! Tolong. Teriak pencuri itu. Penduduk yang sedang jaga malam mendengar suara minta tolong langsung berlari ke area peternakan
Mereka segera menghampiri orang itu. Mereka segera membawa ke tempat yang terang. Setelah melihat orang itu berpenampilan mencurigakan, ia berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah, mereka curiga kalo ia pencuri yang meresahkan warga.
“Kamu maling, yah. Pencuri yah.” Kata salah satu warga.
Mendengar suara gaduh di luar, Mas Mar yang terbangun segera keluar menghampiri warga.
“Hajar dia …! Ayo pukul saja.” Kata beberapa warga menghakimi orang itu.
“Tunggu jangan aniaya dia, kasihan.” Teriak Mas Mar mendinginkan suasana.
“Hajar saja, bikin onar saja …!”
“Jangan …. stop! Kasihan sebaiknya kita bawa ke kelurahan biar nanti kita panggil pak petugas keamansn untuk menyelesaikan masalah ini.
Sesampainya di keluraha petugas keamanan segera datang.
“Selamat malam bapak-bapak. Ini ada apa?” Kata pak petugas.
“Begini pak polisi, ini barusan warga saya menjumpai seseorang yang selama ini di curigai sebagai pencuri yang sering meresahkan warga. Kebetulan orang ini berada di dekat kandang ternak saya, dan ia apes kepalanya luka kejatuhan buah kelapa, Pak.” Kata Mas Mar menjelaskan kepada petugas keamanan. Petugas mendekati orang itu.
“Benar saudara di sana mau mencuri …? Saudara dari mana ..!” Hardik petugas itu.
Orang itu tak menjawab hanya terdengar kesakitan akibat luka di kepala.
“Tembak saja pak biar kapok!” Kata seorang warga.
“Tenang bapak-bapak, sebaiknya orang ini kita bawa ke klinik terlebih dahulu, karena ia terluka di kepala cukup parah. Kami tidak bisa menyrlesaikannya karena tidak ada bukti yang kuat.” Kata petugas keamanan dari kepolisian. Orang itu pun di bawa ke klinik setempat untuk di obati.
Setelah tiga hari di klinik orang itu ber angsur sembuh dan sudah bisa makan dan bicara. Ia pun di perbolehkan pilang. Warga yang melihat pencuri itu sudah pulang hanya melihat dari kajauhan tak ada yang mau menengok. Mas Mar memberanikan diri untuk menengok orang itu, ia merasa iba karena pencuri itu tinggal seorang diri. Setibanya di rumah pencuri ia langsung mengtuk pintu
“Kakak Assalamuallaikum, apa kamu ada di dalam …! Teriak Mas Mar.
“Iya masuklah pintunya tidak di kunci …! Teriak pemilik rumah. Mas Mar pun masuk terlihat di ranjang pencuri itu terbaring lemah dengan luka jahitan di kepala.
Begitu Mas Mar sampai di dekatnya pencuri itu bangun sambil menangis minta ampun kepada Mas Mar atas perbuatanya yang berniat mencuri ternaknya.
”Hik ….Hik ….” ia menangis cecegukan sambil merangkul Mas Mar menyesali perbuatanya dan meminta maaf. Setelah bercerita banyak ia pu bercerita kejadian sebenarnya. Saat ia mau mencuri ternaknya ia tiba-tiba ada suara “wuuuusss.” Tau-tau kelapa itu jatuh kepalanya, kelapa itu jatuh bersama denga tupai yang sempat di pegang oleh si pencuri. Mas Mar pun mengangguk dan memaafkan perbuatan pencuri itu kemudian menjelaskan pada warga bahwa pencuri itu sudah bertaubat. Meskipun begitu pencuri itu tetap harus menjalani persidangan hanya hakim yang bisa memutuskan perkara itu. Setelah menjalani persidangan orang itu di bebaskan karena tidak ada bukti mencuri. Dan iapun hidup damai bersama masyarskat di desa itu. Iapun ikut bekerja mengurus ternak keluarga Mas Mar dengan baik. Setatusnya pun sudah bukan pencuri lagi kareba ia sudah punya pekerjaan yang layak baginya.