Oleh: drg. Aris Aji Kurniawan, M.H.
(Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, MOT Sekolah Sehat Digital Berkarakter Pancasila)
Pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi kognitif serta non kognitif yang apabila kita uraikan mencakup literasi,numerasi, dan karakter tentunya diawali dengan sumber daya manusia yang unggul. Hal ini membutuhkan proses yang panjang dan saling berkaitan satu sama lain. Apabila kita lihat dengan pelaksanaan merdeka belajar, sekolah dalam hal ini guru melalui kompetensinya bersama dengan seluruh elemen yang berkaitan dengan proses pendidikan memegang peranan penting demi terwujudnya derajat pendidikan yang semakin membaik. Pendidikan di sekolah harus adaptif dengan perkembangan dan paham dengan potensi apa yang dimiliki dan bagaimana mengembangkanya sehingga bermanfaat. Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana kita melihat sudut kesehatan menjadi salah satu hal yang tentunya teramat penting untuk kita bangun bersama dalam proses pembelajaran siswa di sekolah.
Setelah lingkungan keluarga, sekolah merupakan salah satu lembaga yang sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku siswa. Selain itu juga dipengaruhi oleh masyarakat setempat. Terkait pendidikan kesehatan, diharapkan pendidikan yang diperoleh dapat merubah perilaku siswa sehingga mempunya karakter sehat. Bagaimana siswa paham mengenai apa itu sehat dan sakit. Bagaiamana mencegah supaya tidak muncul penyakit. Berawal dari hal kecil bahkan dianggap sepe yang sebetulnya berdampak besar di masa yang akan datang. Seperti pembiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggosok gigi yang yang baik dan benar, memotong kuku yang panjang, memahami terkait bahaya merokok,maupun tekait kerapian diri. Hal kecil tersebut apabila menjadi pembiasaan akan menjadikan sesuatu yang sangat berdampak positif bagi siswa. Siswa pun akan melaksanakan dengan kemauan diri karena paham apa yang diklakukan dan untuk apa tujuan dilakukan aktivitas tersebut. Bahkan akan mengajak, menjelaskan kepada teman yang lain atau keluarga di rumah.
Kita ketahui bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat kita lihat dari multidimensi. Baik dimensi sasaran pendidikan,tempat pelaksanaan dan aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan di sekolah pun harus saling mendukung satu sama lain mulai dari teorinya, praktik,dan pengamatanya di sekolah. Perubahan perilaku menuju siswa yang memiliki karakter sehat yang diharapkan yang pertama adalah apakah hanya karena paksaan, sekedar hanya melaksaan tata tertib di sekolah semisal tidak boleh panjang kukunya, tidak boleh merokok di sekolah, dan tidak boleh yang lain. Yang apabila tidak dilaksanakan maka akan dimarahi guru ataukah di skorsing dari sekolah.Ke dua adalah melalui peniruan, dalam hal ini siswa meniru apa yang terjadi di sekitarnya, misalnya meniru orang tuanya, kakaknya, saudaranya, atau bahkan meniru gurunya yang menjadi sosok yang sangat menjadi role model dalam pemikiran siswa tersebut. Sehingga apapun yang dilakukan guru sebagai contoh dapat dilaksanakan juga oleh siswanya. Ke tiga adalah pemahaman, siswa sudah memahami maupun menghayati manfaatnya, sehingga hal ini sangat substansi karena apabila sesorang siswa atau bahkan guru itu sendiri memahami terkait perilaku seperti apa dan dampaknya tentunya dapat menjadi sesuatu yang melekat dan sudah menjadi pembiasaan dan sampai dewasa menjadi karakter yang melekat. Siswa mengindari merokok bukan karena takut dimarahi contohnya akan tetapi karena dampaknya tidak baik untuk kesehatan. Begitu juga melewatkan menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur yang akan berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Untuk itu semua, konsep promotif dan preventif (pencegahan) kesehatan harus kita optimalkan. Tidak hanya berfokus pengobatan semata, yang artinya telah terjadi sakit. Ruh pendidikan kesehatan seharusnya menjadi bagian dari semangat kurikulum pendidikan dasar. Pendidikan dasar menjadi gerbong bagaimana karakter sehat, karakter Pancasila itu terwujud. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tidak menjadi paradigma bagi siswa yang terbatas apabila ada siswa yang sakit saat upacara maka masuk ruang UKS. Terhenti pada pemikirian ruang tempat istirahat saat sakit.Akan tetapi paradigma bahwa UKS adalah suatu sistem yang sangat penting berkaitan satu sama lain dan lintas sektoral yang dapat betul-betul menjadi salah satu penentu karakter sehat bagi siswa. Cara berfikir mencegah lebih baik daripada mengobati menjadi sesuatu yang tertanam pada anak didik sehingga diharapkan derajat kualitas pendidikan dan kesehatan di Indonesia semakin maju di masa mendatang.